Grup tari asal Taiwan yang sudah mendunia “Cloud Gate Dance Theatre” akan menampilkan pertunjukan berjudul “13 Tongues” dalam tur selama lima minggu di Amerika Serikat pada bulan Oktober 2022.
Dalam konferensi pers yang diselenggarakan pada tanggal 21 September kemarin, Direktur Koreografi Cloud Gate Dance Theater, Cheng Tsung-lung, menjelaskan tur kali ini sangat penting karena 70 pertunjukan di luar negeri sebelumnya telah dibatalkan akibat pandemi Covid-19. Tur ke Amerika Serikat tersebut akan menjadi tur pertama Cloud Gate Dance Theatre sejak Cheng Tsung-lung diangkat menjadi direktur koreografi pada tahun 2020.
Menteri Kebudayaan Lee Yung-te menjelaskan tur ini menandakan pertukaran budaya antara Taiwan dan AS telah dimulai kembali setelah vakum selama dua tahun. Ia menyatakan Kementerian Kebudayaan (MOC) sangat mendukung perkembangan hubungan pertukaran tersebut, dan berharap kegiatan tur ini dapat menjadi permulaan bagi lebih banyak kegiatan pertukaran bilateral di masa yang akan datang.
13 Tongues adalah karya seni tari yang pengerjaannya ditugaskan oleh Pusat Seni Pertunjukan Nasional yang berada di bawah MOC, dan merupakan sebuah seni tari yang terinspirasi dari ingatan masa kecil Cheng Tsung-lung di Distrik Wanhua, Taipei. Seni tari tersebut menampilkan elemen ritual keagamaan tradisional, lagu rakyat, atmosfer dan gairah kehidupan di jalan-jalan Distrik Wanhua, serta imajinasi masyarakat yang tinggal di lingkungan paling tua di Taipei.
Tur akan dimulai pada tanggal 1 Oktober di Houston, Texas, kemudian 6 Oktober di Palo Alto, California; 14-15 Oktober di Chicago, Illinois; 20-22 Oktober di Washington DC; 26 Oktober di Costa Mesa, California; dan 29-30 Oktober di Berkeley, California.
Cloud Gate Dance Theatre didirikan pada tahun 1973 oleh koreografer Taiwan Lin Hwai-min, dan merupakan grup tari modern profesional pertama di Taiwan. Grup tari tersebut terus berkembang, dan meraih pengakuan sebagai salah satu grup tari kontemporer terbaik di Asia.
Saat ini Cloud Gate Dance Theatre telah membangun reputasi global melalui hasil karya inovatif yang mengintegrasikan elemen budaya lokal, seperti kaligrafi, sejarah, budaya Hakka dan musik penduduk asli.